Hei (sebuah puisi)
Hei
Malam hampir usai lagi
jalanan nampak kembali riuh.
terdengar beberapa suara meresap lancang --
masuk tanpa izin melalui tembok kamarku.
setelah melangkah pergi,
aku semakin mengerti
bahwa waktu tidak lagi sama.
apa yang terjadi satu detik yang lalu adalah kenangan.
terpahat. mematung. merenung. diam. menetap didalam kepala.
tidak ingin ikut terbang dan menghilang bersama pikiran kacau yang mulai mengangkasa.
kenangan itu abadi.
bersama memori-memori tua
yang tidak pernah aku sematkan atau arsipkan didalam diriku.
(Victoria, 24 Agustus 2020)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete